Foto/tempo.co |
Isu melemahnya kubu Koalisi Merah Putih adalah bukan barang rahasia lagi bagi publik, terutama sejak PAN memutuskan keluar dari KMP dan bergabung dengan kubu pemerintah atau Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Namun gejala itu kian terasa parah sejak kasus pencatutan nama Presiden dalam perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia yang diduga dilakukan oleh Ketua DPR Setya Novanto dari Fraksi Golkar.
Indikator lain melemahnya Koalisi Merah Putih adalah tidak bulatnya posisi KMP dalam sidang Majelis Kehormatan Dewan atas Setya Novanto. Tak kalah menariknya, lewat keterangan Sekretaris Harian KMP, Fahri Hamzah, adalah partai yang mengusung dirinya ke DPP RI (PKS) pun juga ikut serta gabung kepada kubu pemerintah.
"Partai Demokrat dan PKS secara bulat mendukung koalisi pemerintah dalam kasus Ketua DPR di persidangan MKD," kata Fahri dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tempo pada Sabtu, 2 Januari 2016.
Kendati demikian, dirinya masih optimis bahwa kekuatan KMP tidak bisa digoyangkan begitu saja. Masih ada partai-partai oposisi besar sebagai penyeimbang kinerja pemerintah seperti Golkar, Gerinda dan PPP. Selain itu, hal yang membuat Fahri kian optimis adalah menguatnya pamor Prabowo Subiato yang melebihi popularitas Jokowi. Hal ini menurutnya dianggap modal besar untuk menjalin kekuatan dalam meraup suara nanti di pilpres 2019.
Meskipun Fahri optimis KMP kuat dan berpengaruh di legislatif pada tahun 2016, namun dirinya mengakui bahwa KMP di tahun 2016 ini juga mengalami unjian berat. Setidaknya, ada 2 partai dari KMP yang masih harus menyelesaikan PR nya dalam internal partai yang masih mengalami persengketaan, yaitu Golkar dan PPP.
"Pemerintah masih menggantung nasib kepengurusan Partai Golkar dan PPP di Kementerian Hukum dan HAM," katanya. "Maka, tahun 2016 ini adalah tahun ujian yang besar bagi KMP," katanya.
Bahan bacaan:
http://nasional.tempo.co/read/news/2016/01/02/078732488/fahri-hamzah-akui-koalisi-merah-putih-makin-lemah-kenapa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar