27 Januari 2016

Menjemput Rejeki Dengan Tawakal Penuh Kepada Allah

Mengais rejeki dengan menambang pasir. Setiap orang akan dijatah rejekinya sesuai kepasitas usaha dan imannya kepada Allah/foto: jatimtimes

Kehidupan yang kita jalani ini segala sesuatu sudah diatur oleh Allah taala. Demikian pula kebutuhan kita di dalamnya sudah disediakan oleh-Nya. Ini semua agar manusia beserta makhluk hidup yang lainnya bisa melangsungkan kehidupan di dunia ini dengan baik. Urusan rejeki misalnya, Allah sudah menyediakanya di muka bumi ini, dan telah dijamin setiap makhluk-Nya tidak akan merasakan kekurangan. Hanya saja, bagaimana manusia itu berusaha untuk meraih rejeki-rejeki itu.


Setiap makhluk hidup memiliki cara sendiri-sendiri dalam menjemput rejekinya. Coba lihatlah semut, mereka siang malam tidak pernah berhenti bekerja mengumpulkan, menimbun dan membagikan rejeki itu ke sekawanan bangsanya. Lihatlah, kucing liar di sekeliling rumah kita. Meskipun tidak bertuan mereka akan menjemput rejeki mereka dengan cara mereka, entah menangkap cicak, mengejar tikus, mengorek sisa-sisa makanan manusia dan seterusnya. Lihat burung, mereka pagi-pagi sudah bangun dan bergegas mencari rejeki. Mereka hinggap dari satu dahan pohon ke dahan yang lain hanya sekedar memakan buah, ulat atau semut. Lihatlah hewan-hewan ternak, mereka dicukupi dengan rejeki makanan rumput dan  daun-daunan. Mereka bisa tumbuh gemuk dan sehat.

Lalu, bagaimana dengan kita sebagai manusia? Tentu Allah menciptakan kita lebih baik dan lebih sempurna dari hewan-hewan tadi. Allah membekali manusia dengan akal dan pikiran yang luar biasa berharganya. Dengan akal itulah kita bisa bertindak, menciptakan, berekspresi, berilmu dan berbudi pekerti.

Berbekal akal sempurna ini manusia tidak akan kekurangan dalam urusan rejeki. Kita tidak akan kekurangan cara untuk bisa mengais rejeki, meskipun itu sedikit. Manusia lebih banyak memiliki cara dalam urusan mencari rejeki dari pada makhluk-makhluk yang lain. Entah itu bekerja di perkantoran, membuka peluang kerja sendiri (wiraswasta, berniaga, bekerja serabutan atau yang lainnya. Tergantung bagaimana kita mau atau tidak?!

Kendati demikian, ingatlah! kesempurnaan akal pun memiliki batas-batas yang tidak bisa dijangkau oleh rasio. Tidak semua hal di dunia ini harus tunduk dengan akal manusia. Artinya, manusia sanggup merencanakan dan bertindak menurut kapasitas akalnya, namun hasil akhir manusia tidak akan pernah tahu. Oleh karena itu, dibutuhkan iman untuk mengendalikan itu semua.

Jika manusia hanya mengandalkan akalnya dalam berbuat maka dia akan binasa. Karena akal berbatas. Namun, jika akal manusia dibarengi dengan iman kepada Allah dengan sebenar-benarnya iman, maka fungsi akal manusia jauh lebih sempurna dan iman dalam kehidupan manusia tidak berbatas.

Banyak hal di dunia ini yang dilakukan karena iman (percaya atau yakin) kepada Allah taala, maka segala sesuatunya pasti akan lancar, berhasil atau terjadi.

Misal dalam urusan rejeki atau perjodohan, dalam kondisi tertentu akal kita mengatakan tidak mungkin terjadi. Namun, ketidakmungkinan menurut akal jika dikembalikan kepada iman tentu hal itu akan menjadi suatu kemungkinan. Karena kita percaya kepada Allah Dzat Yang Maha Kuasa. Tidak ada hal yang mustahil bagi Allah jika berkehendak. Oleh karena itulah, iman memiliki cabang yaitu tawakal.

Tawakal artinya berpasrah diri hanya kepada Allah setelah kita berupaya sebaik-baiknya sebagaimana kapasitas manusia. Jadi, orang yang pasrah kepada Allah meyakini bahwa dia mengambil bagian apa yang yang mejadi kesanggupannya. Di luar itu, apa yang tidak menjadi kesanggupannya dia kembalikan kepada Allah Dzat yang Maha Kuat.

Oleh karenanya, tawakal merupakan derajat iman yang tinggi, sebab tawakal adalah buah iman dan tauhid. Dan Alla Azza wa Jalla tidak akan membiarkan orang yang berpasrah diri kepada-Nya, kebutuhan mereka akan dijamin dan dicukupi. Allah SWT berfirman:

“Barang siapa yang bertawakal kepada allah niscaya dia akan membukakan jalan keluarnya dan dia memberikan rejekinya dari arah yang tidak disangka sangka. dan barang siapa yang bertawakal kepadanya kepada allah niscaya allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya allah melaksanakan tugasnya, sungguh dia telah mengadakan ketentuan bagi setiap.” (Qs, Ath-thalaq:1-2)

Rasulullah pun bersabda:

“Seandainya kalian sungguh sungguh bertawaakal kepada allah, sesungguhnya allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana allah memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan perutnya yang lapar lalu kembali lagi tetapi dalam keadaan kenyang.” (HR. Imam ahmad, Tirmidzi, ibnu hibban serta Al hakim)

Selain itu, tawakal akan membuat seseorang tidak mudah putus asa. Rasululluh SAW bersabda:

“Semangatlah kalian terhadap hal hal yang bermanfaat bagi kaahlian dan mohonlah pertolongan kepada allah.” (HR. Muslim 2664)

Tawakal juga bisa menjauhkan kita dari rasa was-was atau ragu dalam setiap pengambilan keputusan atau kebijakan. Was-was yang di dalam hati kita itu pada dasarnya dari setan, sedangkan keyakinan itu bersumber dari Allah. Allah Dzat Yang Maha Mulia berfirman:

“Sungguh, syaitan itu tidak berpengaruh terhadap orang-orang yang saleh dan beriman serta bertawakal kepada Tuhannya.”  (QS.An-nahl:99)

Demikianlah, kultum fajar singkat ini. Semoga membawa berkah dan manfaat bagi kehidupan kita di dunia yang sebaiknya dijalani dengan akal sehat dan iman yang mantap kepada Allah subhanahu wa taala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar