Ilustrasi, Selfie di saat event beribadah/foto: merdeka |
Berbuat baik kepada sesama dengan cara kita itu bagian dari ibadah, tutur kata yang sopan, berbakti kepada orangtua, mengucapkan salam, menyantuni anak yatim, tidak menyakiti tetangga, dan lain sebagainya merupakan bagian dari ibadah.
Ikhlas adalah inti dari ibadah, karena di situlah pusat arti dari sebuah pengabdian dan tauhid. Dan sebagai konsekwensi seorang muslim adalah memurnikan amal sholihnya dari hal-hal yang membuat ibadah tersebut rusak atau tidak dicatat sebagai ganjaran ibadah yang telah dilakukannya.
Apa saja yang bisa merusak keikhlasan dalam beribadah :
1. Pamer atau Riya' dan Sum'ah
Riya' berarti mempertontonkan atau memperlihatkan yang seharusnya disembunyikan. Ingat! Berbuat baik itu hanya untuk Allah, diperlihatkan untuk Allah dan pasti Allah melihat dan memberi ganjaran atas usaha baik tersebut.
Memamerkan gerakan-gerakan sholat yang baik hanya semata ingin dipandang orang-orang di sekelilingnya, itu riya! Menyewa jasa siaran untuk amal bakti sosial dan lain sebagainya, riya! Apalagi sekarang ini masyarakat dunia sedang demam selfie sehingga event beribadah pun dia ambil gambarnya lalu disebarkan untuk diperlihatkan ke khalayak, ini bagian dari riya. Dan seterusnya.
Jika amal baik niat awalnya diperlihatkan, dipamerkan atau biar orang lain melihat dan menilai, maka Allah mempersilahkan hal itu, terserah! Namun ingatlah! Allah yang Maha Melihat itu 'tidak mau melihat' sebuah upaya baik yang tidak diperuntukkan kepada-Nya, dan pasti tidak ada ganjarannya.
"Dan tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk mengabdi (beribadah) kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat [51]: ayat 56)
Pamer di sini pengertiannya tidak hanya dalam bentuk visual alias pamer yang menarik pandangan mata. Namun juga pamer secara audio, yaitu memperdengarkan agar orang lain mendengar dan tahu. Ini yang biasa disebut dengan istilah Sum'ah.
Mengumumkan sedekah di masjid dari si fulan untuk si fulan dengan jumlah uang sekian, itu sum'ah! Melantunkan ayat suci al-Quran dengan suara yang merdu namun nitnya bukan karena Allah tetapi ingin orang lain menilai betapa indah suaranya atau betapa fasih bacaanya, itu sum'ah! dan seterusnya.
Memperlihatkan atau memperdengarkan yang seharusnya disembunyikan adalah bagian dari perusak ibadah. Itulah sebabnya, ikhlas berarti sebuah upaya memurnikan ibadah yang cenderung bisa kotor maupun rusak karena riya' dan sum'ah.
2. Tujuan dunia
Ini adalah perusak ibadah yang banyak tidak sadari oleh kebanyakan orang. Pada hakikatnya, ibadah yang dilakukan dengan baik dan benar akan menjadi ganjaran buah bekal untuk kita nanti di negeri akhirat. Kita akan merasakan panen raya atas hasil jerih payah kita beribadah kepada Allah sewaktu kita sudah di alam akhirat.
Jadi, tujuan beribadah yang orientasinya adalah mendapatkan nikmat dunia semata, tidak mengharap ridlo Allah dan pahala di akhirat adalah merusak ganjaran ibadah.
Puasa sunnah Senin-Kamis tujuannya adalah biar digampangkan segala perkara-perkara di dunia, itu termasuk tujuan dunia! Menegakkan sholat Dluha karena ingin rejekinya lancar jaya, itu termasuk tujuan dunia! Bersedekah ingin hartanya kembali dalam jumlah yang lebih banyak dari yang disedekahkan, itu tujuan dunia! dan lain sebagainya.
"Maka, barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya (kelak di akhirat), maka hendaknya dia mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah ia menyekutukan apapun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. al-Kahfi[18]: 110)
"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Hud[11]: ayat 15-16)
Sia-sia maksudnya adalah tidak mendapatkan pahala di akhirat.
Jelaslah dari firman Allah di atas, bahwa ibadah yang dibebankan atas seorang muslim pada prinsipnya berorientasi kepada pahala akhirat. Ibadah hubungannya adalah kebahagiaan di negeri akhirat, bukan untuk dirasakan di dunia.
Adapun, di dunia adalah negeri cobaan dan ujian. Di mana kita merasakan hasil sementara dari jerih payah ibadah itu bukan semata ganjaran, namun lebih tepat sebuah ujian. Apakah kita merasa puas dengan ibadah dan ganjaran sesaat itu, sehingga cukup sampai di sini saja, atau malah meningkat amal ibadahnya.
Memang Allah menjanjikan kemudahan, ganjaran dan fasilitas di dunia atas amal salih yang kita kerjakan di dunia ini, namun sekali lagi itu adalah ujian dan bukan maksud dan tujuan beribadah.
Biarlah Allah menjanjikan, namun manusia adalah hamba yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya secara murni dan lurus. Dan amatlah tidak layak bagi seorang hamba menagih sebuah janji yang menurutnya tidak ditepati oleh Tuhannya. Padahal, Allah Ta'ala tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, meskipun dirasa tidak tepat oleh kita tetapi Allah memiliki skenario yang jauh lebih tepat dan bijaksana daripada dugaan manusia.
Mengikhlaskan amal saleh itu mendamaikan dan menenangkan. Karena pasti pahala kita dijamin oleh Allah nanti di negeri akhirat. Sementara amal baik yang dilakukan hanya karena dunia dan isinya hanya akan mendatangkan kegelisahan dan ketidakpastian.
Ciri pribadi yang tidak ikhlas dalam beribadah, jika ia belum mendapatkan apa yang ia inginkan dari tujuan dunianya itu dia akan terus bersemangat. Lalu, kalau sudah mendapatinya ia akan berhenti dan malas untuk beribadah lagi. Atau, jika ia tidak bisa membuktikan hasil dari jerih payah ibadah yang ia maksudkan untuk dunia, maka bisa dipastikan ia pun akan berhenti atau malas dari amal salehnya.
Wallahu a'lam.
#HasanWeemha
Ikhlas adalah inti dari ibadah, karena di situlah pusat arti dari sebuah pengabdian dan tauhid. Dan sebagai konsekwensi seorang muslim adalah memurnikan amal sholihnya dari hal-hal yang membuat ibadah tersebut rusak atau tidak dicatat sebagai ganjaran ibadah yang telah dilakukannya.
Apa saja yang bisa merusak keikhlasan dalam beribadah :
1. Pamer atau Riya' dan Sum'ah
Riya' berarti mempertontonkan atau memperlihatkan yang seharusnya disembunyikan. Ingat! Berbuat baik itu hanya untuk Allah, diperlihatkan untuk Allah dan pasti Allah melihat dan memberi ganjaran atas usaha baik tersebut.
Memamerkan gerakan-gerakan sholat yang baik hanya semata ingin dipandang orang-orang di sekelilingnya, itu riya! Menyewa jasa siaran untuk amal bakti sosial dan lain sebagainya, riya! Apalagi sekarang ini masyarakat dunia sedang demam selfie sehingga event beribadah pun dia ambil gambarnya lalu disebarkan untuk diperlihatkan ke khalayak, ini bagian dari riya. Dan seterusnya.
Jika amal baik niat awalnya diperlihatkan, dipamerkan atau biar orang lain melihat dan menilai, maka Allah mempersilahkan hal itu, terserah! Namun ingatlah! Allah yang Maha Melihat itu 'tidak mau melihat' sebuah upaya baik yang tidak diperuntukkan kepada-Nya, dan pasti tidak ada ganjarannya.
"Dan tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk mengabdi (beribadah) kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat [51]: ayat 56)
Pamer di sini pengertiannya tidak hanya dalam bentuk visual alias pamer yang menarik pandangan mata. Namun juga pamer secara audio, yaitu memperdengarkan agar orang lain mendengar dan tahu. Ini yang biasa disebut dengan istilah Sum'ah.
Mengumumkan sedekah di masjid dari si fulan untuk si fulan dengan jumlah uang sekian, itu sum'ah! Melantunkan ayat suci al-Quran dengan suara yang merdu namun nitnya bukan karena Allah tetapi ingin orang lain menilai betapa indah suaranya atau betapa fasih bacaanya, itu sum'ah! dan seterusnya.
Memperlihatkan atau memperdengarkan yang seharusnya disembunyikan adalah bagian dari perusak ibadah. Itulah sebabnya, ikhlas berarti sebuah upaya memurnikan ibadah yang cenderung bisa kotor maupun rusak karena riya' dan sum'ah.
2. Tujuan dunia
Ini adalah perusak ibadah yang banyak tidak sadari oleh kebanyakan orang. Pada hakikatnya, ibadah yang dilakukan dengan baik dan benar akan menjadi ganjaran buah bekal untuk kita nanti di negeri akhirat. Kita akan merasakan panen raya atas hasil jerih payah kita beribadah kepada Allah sewaktu kita sudah di alam akhirat.
Jadi, tujuan beribadah yang orientasinya adalah mendapatkan nikmat dunia semata, tidak mengharap ridlo Allah dan pahala di akhirat adalah merusak ganjaran ibadah.
Puasa sunnah Senin-Kamis tujuannya adalah biar digampangkan segala perkara-perkara di dunia, itu termasuk tujuan dunia! Menegakkan sholat Dluha karena ingin rejekinya lancar jaya, itu termasuk tujuan dunia! Bersedekah ingin hartanya kembali dalam jumlah yang lebih banyak dari yang disedekahkan, itu tujuan dunia! dan lain sebagainya.
"Maka, barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya (kelak di akhirat), maka hendaknya dia mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah ia menyekutukan apapun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. al-Kahfi[18]: 110)
"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Hud[11]: ayat 15-16)
Sia-sia maksudnya adalah tidak mendapatkan pahala di akhirat.
Jelaslah dari firman Allah di atas, bahwa ibadah yang dibebankan atas seorang muslim pada prinsipnya berorientasi kepada pahala akhirat. Ibadah hubungannya adalah kebahagiaan di negeri akhirat, bukan untuk dirasakan di dunia.
Adapun, di dunia adalah negeri cobaan dan ujian. Di mana kita merasakan hasil sementara dari jerih payah ibadah itu bukan semata ganjaran, namun lebih tepat sebuah ujian. Apakah kita merasa puas dengan ibadah dan ganjaran sesaat itu, sehingga cukup sampai di sini saja, atau malah meningkat amal ibadahnya.
Memang Allah menjanjikan kemudahan, ganjaran dan fasilitas di dunia atas amal salih yang kita kerjakan di dunia ini, namun sekali lagi itu adalah ujian dan bukan maksud dan tujuan beribadah.
Biarlah Allah menjanjikan, namun manusia adalah hamba yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya secara murni dan lurus. Dan amatlah tidak layak bagi seorang hamba menagih sebuah janji yang menurutnya tidak ditepati oleh Tuhannya. Padahal, Allah Ta'ala tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, meskipun dirasa tidak tepat oleh kita tetapi Allah memiliki skenario yang jauh lebih tepat dan bijaksana daripada dugaan manusia.
Mengikhlaskan amal saleh itu mendamaikan dan menenangkan. Karena pasti pahala kita dijamin oleh Allah nanti di negeri akhirat. Sementara amal baik yang dilakukan hanya karena dunia dan isinya hanya akan mendatangkan kegelisahan dan ketidakpastian.
Ciri pribadi yang tidak ikhlas dalam beribadah, jika ia belum mendapatkan apa yang ia inginkan dari tujuan dunianya itu dia akan terus bersemangat. Lalu, kalau sudah mendapatinya ia akan berhenti dan malas untuk beribadah lagi. Atau, jika ia tidak bisa membuktikan hasil dari jerih payah ibadah yang ia maksudkan untuk dunia, maka bisa dipastikan ia pun akan berhenti atau malas dari amal salehnya.
Wallahu a'lam.
#HasanWeemha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar